Butuh
waktu empat tahun untuk menjadi sarjana dan butuh waktu 2 tahun untuk menyabet gelar
magister, tapi untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik maka tidak akan kita
temukan satu lembaga pendidikan pun yang bisa dan berani memberikan gelar
kelulusan sebagai ibu rumah tangga yang baik.
Sebuah
pemikiran pernah tercetus bahwa dalam rumah tangga bila sang Ibu memiliki
pendidkan yang tinggi sederajat dengan laki-laki maka semakin baguslah generasi
baru yang terlahir. Namun keadaan menjadi terbalik karena nampaknya dengan
semakin tinggi pendidikan yang diraih seorang wanita maka semakin banyak pula
kegiatan dan aktivitas rumah sehingga
tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga sering terabaikan. Lihat saja bisnis
laundry yang akhir-akhir ini menjamur dimana-mana, padahal mencuci pakaian itu
pekerjaan wanita sebagai ibu rumah tangga.
Urusan
mencari asisten rumah tangga pun menyisakan cerita tersendiri tentang betapa
sulitnya mencari orang yang mau mendidik dan merawat anak dengan benar dan
kalau pun ada orang yang bisa bekerja dengan baik maka siap-siaplah merogoh
kantong lebih dalam untuk memperkerjakannya. Bukankah urusan mendidik dan
merawat anak adalah tugas seorang wanita sebagai ibu.
Begitu
banyak pekerjaan wanita yang beralih menjadi bisnis yang menguntungkan karena perannya yang vital
banyak diabaikan sehingga orang lain pun mengambil alih peran tersebut, tapi
kabar baiknya sejauh ini tidak ada yang berbisnis mengambil peran seorang istri
karena entah apa jadinya jika para wanita menjadi abai terhadap peran utamanya
sendiri.
Apa
salahnya jika seorang wanita yang sudah seharian bekerja di luar rumah kemudian
pulang di sore hari masih saja harus berkutat dengan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga? Ternyata membantu menambah penghasilan tak berarti menghapuskan
tugas utamanya dalam hal melayani keperluan suami? Apa salahnya?
Apa
salahnya jika sebagai ibu rumah tangga yang sudah seharian di rumah menghadapi
rutinitas pekerjaan berberes yang seolah tak ada hentinya namun pekerjaan itu
sering kali dipandang sebelah mata bahkan oleh sebagain besar wanita?
Rasa-rasanya tidak ada anak perempuan sekolah dasar yang bisa dengan lantang
mengatakan cita-citanya jika sudah besar nanti menjadi ibu rumah tangga.
Sungguh
wanita memang makhluk yang mendapat banyak anugerah dari Allah, hanya saja
sering tak terlupa atau dilupakan olehnya. Perannya sebagai seorang ibu
mendapat tempat 3 kali lebih terhormat di mata anaknya dibanding ayah. Perannya
sebagai istri yang baik mendapat jaminan masuk ke dalam surga lewat pintu mana
saja yang ia pilih. Perannya sebagai ibu selama kehamilan maka dihapuskan
dosa-dosanya dan tercatat syahid jika ia meninggal saat melahirkan.
Sebenarnya
pun kalau dunia ini tidak mencatatnya, tanpa perlu kita jelaskan dia tetap
spesial, istimewa. Karena sungguh, kemuliaan hidup tidak akan tertukar satu
senti pun. Menjadi wanita dengan cinta sebesar kuku, ia tumbuh perlahan namun
pasti. Meski cinta itu dipangkas, ia akan tetap terus tumbuh. Menjadi wanita
yang terus mencinta dengan segala perannya, menjadi wanita yang terus berbakti
dengan segala tugasnya dan yang pasti menjadi wanita yang bersama Rabbnya
karena dengan inilah wanita selalu memiliki energi kebaikan dan keyakinan yang
kuat atas janji Allah terhadap amalnya.
Jadilah
apapun, bermanfaat dan berakhlak baik. Kitalah yang menjalani hidup
masing-masing.
Author
: Lusiana Nur
Hermawati
0 Response to "Wanita dengan Cinta Sebesar Kuku"
Posting Komentar