Weekend
kali ini sungguh kutunggu-tunggu. Tak sabar rasanya untuk segera keluar dari
aktivitas rutin harian. Keluar dari zona nyaman, kata orang. Berdua belas
akhirnya kami berangkat ke Banjarnegara Sabtu sore itu. Setelah bermain-main di
wallclimb alun-alun Banjarnegara, kami segera menuju ke basecamp salah
satu operator rafting. Malam itu kami habiskan dengan meringkuk di dalam
sarung pelapis jaket. Udara lumayan dingin rupanya. Di sana sudah menunggu pula
12 rekan kami dari salah satu kampus negeri di Semarang. Tujuan kami sama yaitu
untuk bermain rafting atau arung jeram. Kenapa aku namakan bermain ?
Karena olahraga yang satu ini kurasa cukup menyenangkan dibalik bahaya yang
mungkin mengintai. Arung jeram merupakan kegiatan yang memadukan unsur
olahraga, petualangan, dan rekreasi. Kegiatan ini sudah cukup populer. Semua
bisa mencobanya walaupun tidak bisa berenang. Akan tetapi kondisi stamina yang
prima sangat dibutuhkan.
Pagi
harinya setelah MCK dan pemanasan, kami menuju ke lokasi start arung jeram.
Dalam diam kami duduk berhadapan di angkutan sewaan yang membawa kami ke
lokasi. Berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Baik yang pemula atau tidak
terlihat sedikit tegang. Termasuk aku. Aaakh..ini adalah saat yang
kutunggu-tunggu setelah beberapa kali aku gagal berangkat mengikuti kegiatan
semacam ini. Mobil angkutan akhirnya berhenti. Dua perahu karet diturunkan dari
atap mobil oleh rekan-rekan kami yang bertubuh lebih besar. Kemudian dibawa
turun ke tepi Sungai Serayu di daerah Wonosobo.
1 perahu karet diisi 1 tim terdiri dari 6 orang plus 1 pemandu/ skipper.
Sebelum mengarungi sungai, tim berlatih dahulu teknik mendayung dll. Dikenalkan
pula alat-alat standar arung jeram yaitu perahu karet ( riverboats ) ,
dayung ( paddle ), pompa perahu,tali kapal rescue rope ( tali
lempar ) untuk menolong personil yang terlempar dari perahu, dry bag
atau tas kedap air untuk menyimpan barang yang diperlukan. Sedangkan
masing-masing personil wajib memakai pelampung ( Life Jackets ) atau Personal
Floating Device type III yang memiliki daya apung tinggi yang berwarna
cerah dan helm berbahan plastik dan berlubang-lubang, serta sepatu atau sandal
gunung bertali. Dalam tim sangat dibutuhkan kekompakan, kewaspadaan penuh, dan
ketaatan pada instruksi skipper. Skipper juga membekali tim cara
melewati jeram. Banyak sekali jeram di Sungai Serayu ini ada jeram selamat
datang, tangga, dwi, S1, S2, S3, dsb.
Setelah berdoa tim segera meluncur meninggalkan posisi start.
Alhamdulillah aku tak merasa gugup sama sekali. Dayungpun kami kayuh dengan
kompak. Posisi memegang dayung ada caranya sendiri tidak asal pegang, demikian
cara duduk di perahu karet yang menyamping. Masing-masing 2 orang duduk di
bagian depan, tengah, dan belakang perahu, sedangkan skipper duduk di
ujung belakang. Aku duduk di posisi kanan terdepan. Tapi posisi ini tidak tetap
terkadang kami harus berpindah ke depan atau belakang perahu, atau berpindah ke
posisi kanan atau kiri perahu tergantung aba-aba skipper disesuaikan dengan
keadaan. Biasanya ini terjadi karena ada jeram dan perahu menabrak batu. Saat
perahu menghajar jeram ada sensasi sendiri bagi kami, berteriak penuh semangat
menggebu. Tingkat kesulitan jeram berbeda-beda, yang paling menyeramkan mungkin
jeram S3 karena berbelok ke kanan dengan batas depan tebing. Alhamdulillah kami
sukses melewatinya. Skipper
memimpin kami dengan penuh semangat. Terlihat sekali kalau ia sangat
berpengalaman. Yang paling berkesan adalah saat melewati jeram tangga. Perahu
cukup oleng tapi kami bisa menyeimbangkannya tetapi skipper mempraktikkan
flip yaitu sengaja membalik perahu, sehingga kami semua terlempar ke
air. Byuuur....aku pun terjatuh ke air. Gelap sesaat, kemudian rasa panik
menyergap. Tapi aku segera ingat pelajaran dari skipper. Hupps...kuangkat
kakiku dan kusandarkan kepalaku pada bantalan kepala pelampung. Posisiku
telentang. Kemudian aku segera berenang mengikuti arus menghadap ke depan karena khawatir menabrak batu atau
tebing yang menghadang. Kupikir posisiku sudah aman tapi rupanya ada arus bawah
yang menyeretku sehingga aku tenggelam sesaat dan muncul kembali ke permukaan
dengan terengah-engah. Tenang jangan panik. Ya kami harus tenang dalam posisi
seperti ini. Pelampung yang aku pakai
memiliki daya apung tinggi yang dihitung berdasarkan berat tubuh rata-rata di
dalam air sehingga tidak perlu takut tenggelam. Kemudian semua anggota tim naik
kembali ke perahu. Setelah menguasai keadaan kembali kami tertawa bersama. Kejadian
ini sangat berkesan. Kami sadar betul kegiatan arung jeram tidak akan pernah
lepas dari segala resiko dan bahaya baik dari faktor manusia, alam, maupun
peralatan. Tapi di sinilah keasyikannya. Perjalanan kemudian kami lanjutkan
hingga finish dengan perasaan gembira dan penuh takjub atas kekuasaan dan
kebesaran-Nya. Subhanallah ! Ohya, panjang lintasan arung jeram beragam
mulai dari paket 10 km ( waktu tempuh sekitar 2,5 jam ) , 14 km ( 3 jam ), 16
km ( 3,5 jam ), 18 km ( 4 jam ), atau 26 km ( 5,5 jam ) tergantung kocek Anda
dan kesiapan fisik Anda. Mau mencoba ?
Author : Winda
Damayanti
0 Response to "Bermain Arung Jeram Yuuk….!"
Posting Komentar