“Saatnya makaaaaaan........!” Suara itu membangunkanku dari lamunan.
Kuangkat kepalaku menjauh dari pagar kayu dan meluruskan punggungku. Melihat
sosok yang mendekat dengan piring di tangannya.
Raihan, rupanya.. Aroma
harum dari dapur kucium bukan hanya sekedar ilusi rupanya.
“Apakah kau berangkat besok?”
Raihan itu mengulangi pertanyaannya lalu duduk di depanku. Menaruh piring
plastik berisi dua bungkus daun pisang yg berwarna agak kecoklatan. Diambilnya
satu, kemudian menarik sebuah tali. Tercium aroma harum dari makanan tersebut.
Raihan diam sejenak, lalu memakan makanan yang
diambilnya. Daun pisang yang didalamnya berisi ikan gurameh kecil. Raihan
sering memasaknya
sendiri dengan bumbu yang di rancangnya. Iya, takaran Raihan pastinya.
“Hei, ditanya kok?” “Entahlah....” Kuambil bungkus daun pisang
itu dan membukanya. Mataku melihat tangan Raihan berhenti di udara. Dia tidak menyuap. “Bukannya lusa seleksi
diadakan? Aku mengangguk. “ Dengan ragu....”
Raihan benar benar
menghentikan makannya dan menaruh makannya di atas piring. “ Ragu....? bukankah
ini yang selama ini kau harapkan? Allah memberikan kesempatan pada kau lagi
untuk berjuang. Tetapi
mengapa semangatmu menghilang?”
Aku menelan suapan terakhir. Tanpa
minat untuk memakannya lagi, kutaruh makananku di atas piring. Raihan menatapku tajam.”Maksud kamu apa?”
suaranya agak keras.
Aku tidak langsung menjawab. Kudengarkan perkataan yang diucap
Raihan tadi. Lantas jika aku pergi... “Berat
rasanya ....” ucapanku. “Aku tidak
mengerti jalan pikiranmu,” sergah Raihan. Aku menatap Raihan sekilas, lalu
menoleh sebuah bunga yang indah dan menawan.
“ Aku mungkin tidak yakin
lagi akan impianku”. Atau … mungkin aku telah lupa dengan impianku,” kataku. “ Kau sudah berkali-kali melewatkan
kesempatan emas. Tapi kau tidak pernah menyadari itu...”
“Kadang, aku merasa
terlambat.....” “Tidak ada kata terlambat selama kita masih mau berusaha.” Dia
berusaha meyakinkanku. Aku mengangkat kedua bahuku. “Kamu kira kesuksesan
datang begitu saja tanpa diusahakan ?”
Aku menggelengkan
kepalaku.”Aku selalu gagal. Kakak tahu, kan?” “ Itu
karena kau tidak bersungguh-sugguh.” Dia
terus saja mengkritikku. “ Aku takut semakin mengecewakan jika
kalau aku gagal lagi.” “Apa menurutmu tidak lebih mengecewakan lagi, jika belum
mencoba sudah menyerah?” Aku merenungi perkataan Raihan tadi, karena
kata-katanya itu sungguh benar.
Akhirnya lusa pun tiba. Aku mengikuti seleksi lomba
lari jauh tersebut. Tanpa kusangka aku dapat diterima dalam seleksi tersebut. “kak ternyata aku bisa… “ kataku bangga. Alhamdullilah, akhirnya setelah sekian lama, engkau bisa masuk dalam
seleksi tersebut.” Akupun sangat berbahagia, karena akhirnya aku lolos dari seleksi
itu.
Author
: Raihan Apriliano
0 Response to "Tidak ada kata terlambat jika mau berusaha"
Posting Komentar