Anak
merupakan anugerah terindah Allah kepada kita, maka merupakan kewajiban orang
tua untuk merawat, mendidik, dan mengarahkan mereka. Hal ini berlaku universal,
tidak terkecuali orang tua yang dianugerahi anak berkebutuhan khusus (ABK). ABK
menurut Heward (wikipedia.com) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Menurut definisi tersebut ABK meliputi segala jenis
ketunaan, termasuk di dalamnya autisme dan ADHD (Attention Defisit Hiperactive
Disorders/gangguan pemusatan perhatian).
Menjadi
orang tua anak berkebutuhan khusus memerlukan kesabaran serta keikhlasan yang
luar biasa. Tugas mengurus anak berkebutuhan khusus membutuhkan usaha ekstra
dalam segala hal kehidupannya. Bahkan guru ABK-pun memiliki kateristik ABK. Salah
satu peran penting orang tua dan guru adalah memperhatikan pola makan dan
makanan yang dikonsumsi ABK saat di rumah maupun di sekolah. Pengaruh makanan
sedikit banyak memiliki konstribusi pada perilaku ABK.
Pada
anak autis, makanan yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung gluten
dan kasein. Kedua zat ini merupakan peptida,yaitu sejenis zat medium yang
terbentuk dari asam amino yang mempunyai ciri khas protein tetapi bukan
protein. Gluten merupakan protein yang terdapat dalam gandum sedangkan Kasein
adalah protein yang berasal dari susu dan berbagai olahannya (susu sapi, susu
bubuk, susu skim, susu kambing, mentega, dan keju).
Menurut
penelitian para ahli di Amerika dan Eropa, pada penyandang autis, memiliki
lubang lubang kecil pada mukosa (lendir usus) sehingga mengalami kesulitan
dalam mencerna Kasein dan gluten. Peptida (kasein dan gluten) tersebut lalu
terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di otak, peptida bersatu
dengan selaput sel receptor opioid. Opioid memiliki sifat seperti opium
sehingga menjadi semacam morfin. Gluten akan berubah menjadi gluteomorphin dan
Kasein akan berubah menjadi Caseomorphin. Hal itu akan tentunya berpengaruh
pada persepsi dan respon terhadap lingkungan.
Lubang
pada mukosa tersebut juga membuat anak autis menjadi alergi terhadap makanan.
Makanan yang belum tercerna sempurna akan melewati lubang-lubang mukosa usus, sedangkan
di luar dinding usus terdapat sel-sel pembuat antibodi. Oleh sel-sel
antibodi,zat-zat makanan yang belum tercerna dengan sempurna akan dianggap zat
asing dalam tubuh (alergen). Sebagai contoh, bila anak autis memakan coklat dan
belum tercerna sempurna oleh usus, maka coklat tersebut akan dianggap “musuh”
oleh zat-zat anti bodi sehingga akan terbentuk zat anti bodi terhadap coklat.
Akibatnya anak tersebut akan alergi terhadap coklat. Demikian juga dengan
makanan yang lain.
Selain
makanan yang mengandung gluten dan kasein,makanan lain yang perlu dihindari
oleh penyandang autis adalah makanan yang mengandung ragi, makanan yang
difermentasikan, dan gula. Gula adalah makanan yang mempunyai efek stimulasi
terhadap jamur/yeast. Efek yang
ditimbulkan setelah mengkonsumsi gula lebih banyak negatif, sehingga konsumsi
gula (gula murni, olahan gula : madu, sirup, manisan buah, dll) merupakan hal
mutlak yang harus dihindari.
Dampak
negatif gula juga dirasakan bagi penyandang ADHD (attention Defisit Hiperactive
Disorders/gangguan pemusatan perhatian). Pada anak ADHD, ketika mengkonsumsi
gula pada pagi hari dalam keadaan perut kosong, akan menghilangkan
mineral-mineral khususnya kromium. Kehilangan kromium akan memicu tindakan
agresif. Pola makan yang buruk, kekurangan asam lemak esensial, dan alergi
makanan dipastikan akan memperkuat gejala-gejala gangguan (perilaku merusak, gelisah,
konsentrasi rendah, sulit belajar, canggung, mudah marah, dan kemampuan sosial
rendah) pada anak ADHD.
Minuman
bersoda, makanan berwarna, serta mengandung zat pengawet (sodium benzoat) dapat
menyebabkan anak hiperaktif. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jim Stevenson dari universitas Southampton
(dilansir oleh club bunda.com). Dalam penelitiannya pada 300 anak, terdapat
perbedaan perilaku yang signifikan setelah minum sari buah dengan zat warna dan
pengawet. Perilaku yang muncul adalah hiperaktivitas tinggi.
Pada
anak ADHD, kekurangan seng, kalsium, magnesium akan meningkatkan kegelisahan, konsentrasi
rendah dan kesulitan belajar. Kekurangan lemak esensial (omega 3 & omega 6)
juga mengakibatkan kesulitan belajar. Defisit vitamin B1 (thiamin) memicu
perilaku agresif, impulsif dan eratik (tak terduga). Vitamin B1 banyak dijumpai
pada kentang, padi-padian, kacang-kacangan, bijian, telur, daging, sayuran dan
beras merah
Sungguh dilematis bagi orangtua dan guru sebagai orang
terdekat ABK. Makanan sehat yang bagi orang lain adalah sumber gizi yang harus
dikonsumsi, bagi ABK justru makanan yang harus untuk
dihindari. Untuk itu, marilah kita secara bijak memilih makanan yang baik untuk
dan tidak sembarangan memberikan makanan
kepada ABK karena akan berakibat buruk pada perilaku ABK sendiri. Semoga kita
termasuk orang tua dan guru yang bijak. AminWritten by : Nofi Ika Haryani,S.Psi.
Image by : google.com
0 Response to "Waspadai Makanan Bagi ABK"
Posting Komentar