Satu permasalahan yang paling sering disampaikan
para orang tua tentang anak-anak mereka dalam berbagai kesempatan adalah
tentang tingkah polah anak-anak. Menariknya,
mereka menyampaikan keluhan tersebut dengan formula yang sangat mirip bahkan
serupa, seperti “Saya jengkel dengan kenakalan anak saya yang … ,” dilanjutkan
dengan penjelasan tentang tingkah polah mereka. Idiom “nakal” bahkan sering
disertakan dalam setiap keluhan mereka.
Beberapa tingkah polah yang sering mereka sampaikan
adalah anak terlalu banyak bermain, sulit disuruh belajar, suka menggoda kakak
dan adiknya, sering berkelahi dengan anak tetangga, atau susah dinasihati. Apakah anak dengan karakteristik demikian memang tergolong
anak nakal dan tepat dilabeli “anak nakal”? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah
anak menjadi “nakal” benar-benar kehendaknya, dan tidak ada andil orangtua terhadap munculnya
perilaku tersebut?
Ada sebuah statement dalam buku Nanny 911: “Ingat,
anak nakal tidak dilahirkan, tetapi diciptakan!”
Pernyataan ini sangat identik dengan sabda Rasulullah: “Sesungguhnya
setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah.” Istilah fitrah disini mengisyaratkan bahwa orangtualah
yang sebenarnya mewarnai akhlak anak, melalui pendidikan dan keteladanan yang
dibangun di rumah. Jadi benar, bahwa anak “nakal” tidak dilahirkan tapi diciptakan.
Ada dua jawaban yang umum dijawab orang tua dalam
hal penyebab anak jadi “nakal”. Pertama,
lingkungan telah
membuat mereka menjadi anak nakal atau orangtua gagal dalam mendidik. Jika kita
termasuk yang menjawab pertanyaan itu, maka kita perlu merenung lagi, “Siapakah
yang paling bertanggung jawab menempatkan mereka pada lingkungan yang membuat
mereka nakal?”
Selanjutnya bagi yang menyadari bahwa dirinya
turut berperan menjadikan anak demikian, maka sesungguhnya dia telah
menempatkan diri sebagai subjek pendidikan anak. Untuk memulai perbaikan, mereka
bisa langsung melakukannya. Tidak perlu menunggu lingkungannya berubah.
Kita untuk menemukan potensi-potensi yang terselip
dalam tingkah polah dan “nakal” anak,
dan mengidentifikasi kesalahan pembiasaan pada anak, serta cara mengatasi
beberapa kenakalan yang memang telah terbangun pada diri anak. “Kenakalan” kadang
bisa jadi adalah tahapan yang harus dilewati seorang anak, yang akan
menjadikannya lebih banyak mengalami, maupun merasakan kesedihan dan
kegembiraan orang lain serta menjadikannya mengetahui apa yang harus ia
lakukan.
Disisi lain, bagi orangtua, kenakalan anak bisa
digunakan untuk bercermin betapa berat
orangtua kita dahulu membesarkan kita
dan betapa tingkah polah kita dahulu
telah banyak menyusahkan mereka.
Kenakalan anak seharusnya tidak menjadikan kita
susah, selama masih dalam batas-batas yang bisa dikendalikan. Bisa jadi…. dulu kita
lebih nakal dan lebih bandel daripada mereka.
Author : Dwi
Agus Wahyono
0 Response to "Alhamdulillah, Anakku Nakal"
Posting Komentar