Sebuah Kipas dalam Rumah (sebuah tamsil kehidupan)




Setiap manusia pasti mendambakan kebahagian, ketenangan, dan kesuksesan hidup. Namun dalam mencapainya, manusia biasanya akan sering terkendala oleh berbagai hal, termasuk diri sendiri. Dalam pandangan Islam, kesuksesan hakiki manusia  hanya didapat melalui amal shaleh, persis seperti bangunan kehidupan yang sudah diteladankan oleh Rasulullah Saw., beserta para sahabat. 

Dalam keseharian manusia, Allah Swt. selalu menguji manusia dengan  memberi mereka dua  ilham (petunjuk), yakni jalan dosa (yang didukung oleh syaithan) dan jalan taqwa (yang didukung oleh malaikat). Dua kekuatan ini tidak akan pernah berkumpul menjadi satu. Namun, dengan keadilanNya,  Allah memberi kebebasan manusia untuk memilih jalan hidupnya, dengan segala konsekuensinya.

Ibarat sebuah kipas angin, saat  berputar maka hawa  panas bisa berubah menjadi sejuk. Bila udara dingin yang datang maka udara panas akan hilang. Namun sebaliknya jika tidak ada hawa dingin maka hawa panas yang akan datang. Demikian juga dengan Malaikat. Mereka sangat menyenangi tempat-tempat yang bersih, harum, dan  mereka gemar menularkan kepada manusia sifat-sifat mereka yang baik. Itulah mengapa saat seorang mukmin berada di masjid, dia akan merasakan kesejukan, yang mendorongnya untuk beramal shaleh. Kalau seorang muslim rajin “menghadirkan” malaikat dalam hidupnya, dia akan diliputi oleh sifat-sifat mulia, karena kebersamaan malaikat dengannya.

Di kutub yang lain, syaithan menyukai tempat-tempat yang kotor dan tempat maksiyat, yang di dalamnya tidak ada  dzikrullah. Berbeda dengan malaikat yang selalu taat kepada Allah, syaithan selalu membangkang dan anti kebenaran. Inilah mengapa orang yang selalu bergelimang dengan dosa sangat sulit untuk mengikuti nasihat, karena syaithan memang menguasainya dan membisikinya dengan hal-hal yang sebaliknya. 

Untuk kepentingan yang lebih besar, maka akan lebih baik bila orang tua tidak menyalahkan siapapun bila anak-anak mulai berani membangkang. Boleh jadi, salah satu penyebabnya adalah   bahwa tanpa disadari mereka telah mengundang syaithan untuk datang ke rumah-rumah mereka. Syaithan hadir melalui tayangan-tayangan TV yang mempertontonkan   adegan pornografi dan pornoaksi. Demikian juga dengan media informasi lainnya, seperti internet serta berbagai media cetak yang tidak kalah rusaknya dalam aneka sajian informasinya. Tentu hal ini tidak bisa dimaknai bahwa semua media tersebut harus disirnakan dari kolong jagad ini. 

Seandainya rumah seorang muslim padat dengan “majlis” malaikat, niscaya keluarga mereka akan jauh lebih terlindungi dari berbagai kerusakan moral manusia zaman akhir ini. Keluarga muslim tersebut akan sibuk dengan dzikrullah, mencari ilmu, dan menebar kebaikan, sehingga syaithan merasa “kepanasan” untuk berada di rumah yang sejuk itu.  

Rumah adalah madrasah terpenting dan terlama bagi pendidikan keluarga muslim. Sebagai “pengelola madrasah”, orang tua harus bertanggung jawab atas masa depan anggotanya. Merekalah yang harusnya paling mampu membedakan antara maksud hidup dan keperluan hidup. Maksud hidup   adalah hakikat yang dicita-citakan dalam kehidupan manusia di dunia, sedangkan keperluan hidup adalah hal-hal yang diperlukan dalam mewujudkan maksud hidup.

Sejatinya, akhirat seharusnya  menjadi maksud hidup seorang muslim, dan dunia   hanyalah sarana untuk memenuhi keperluan hidup menuju maksud hidup. Hanya dengan visi inilah orang tua kemudian akan tergerak hatinya untuk selalu “bercengkrama” dengan malaikat. Segala pemenuhan keperluan hidup harus dilandasi dengan visi keTuhanan, sehingga hanya akan mengambil petunjuk Allah sebagai pedoman, dan bukan hawa nafsu. Suasana surga di rumah akan dibangun, dengan membiasakan dalam keluarga dengan tilawah, shalat, dzikrullah, shadaqah, bertutur kata lembut, peduli, dan sifat utama lainnya, dan menghilangkan kebiasaan buruk darinya seperti ghibah, membuang waktu dengan kesia-siaan, saling marah dan maki, mengkonsumsi segala yang haram dan membiasakan yang makruh. Dengan amalan ini akan mewujudkan sifat-sifat malaikat di rumah kita,

Insya Alloh, apabila di rumah kita hidup amalan agama maka akan terbentuk suasana agama yang menyejukkan. Bukan mustahil dari sana lah akan muncul para hafidz-hafidzah, alim-alimah dan dai-daiyah, dan bukannya artis-artis penyebar virus maksiat dan yang mempertontonkan auratnya, atau pembangkang dan penentang agama. Semoga selalu memberi hidayahNya kepada kita semua. Amin.

Author : Partana, S.Pd.  (Kepala SMA Al-Irsyad Cilacap)

0 Response to "Sebuah Kipas dalam Rumah (sebuah tamsil kehidupan)"

Posting Komentar