Gunung Semeru
merupakan salah satu gunung yang menjadi ‘korban’ eksploitasi oleh manusia. Kecantikannya
diekspos dalam sebuah film remaja. Pemandangan yang ditampilkan dalam film
bertema persahabatan tersebut memang spektakular dan menarik tidak hanya bagi
para penggiat kegiatan kepencintaalaman tetapi juga bagi masyarakat luas yang
‘awam’ tentang kegiatan mendaki gunung. Akibatnya, kini Semeru bukan hanya
milik pendaki gunung. Anak-anak berseragam sekolah dengan sepatu basket
bermimpi mendaki puncaknya. Demikian pula mahasiswi dengan setelan dan dandanan yang lebih cocok ‘jalan’ ke mall
terengah-engah menapaki terjalnya Arcopodo. Begitu mudahkah mendaki Gunung Semeru? Mendaki gunung Semeru tidak disarankan bagi
pendaki pemula. Perlu ketrampilan dan ilmu yang cukup
untuk mendaki gunung ini. Manajemen waktu, tenaga, dan perbekalan harus
dikuasai. Karena mendaki Semeru tidaklah sama seperti mendaki gunung ‘wisata
alam’ seperti Gunung Bromo atau Gunung Tangkuban Prahu.
Gunung Semeru
terkenal dengan sebutan atapnya Pulau Jawa karena merupakan gunung tertinggi di
Pulau Jawa dengan tinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (m dpl). Peringkat
kedua ditempati oleh Gunung Slamet di Jawa Tengah yang memiliki ketinggian
3.428 m dpl. Puncak Semeru bernama Mahameru sedangkan kawah di puncaknya
dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi gunung ini terletak diantara
wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang. Kedua akses ini menuju ke
satu titik yaitu Desa Ranu Pane Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Jalur
yang umum adalah melalui Malang. Di daerah Tumpang Malang tersedia kendaraan
jip dan truk sayur yang siap mengangkut para pendaki menuju Desa Ranu Pane. Jangan
dibayangkan bisa duduk nyaman di atas roda kendaraan. Kendaraan akan penuh
sesak tidak hanya oleh para penumpangnya tetapi juga oleh tas-tas keril para
pendaki. Namun, ketidaknyamanan dalam melewati jalan setapak dengan jurang di
kanan-kirinya serta guncangan keras sepanjang perjalanan akan terbayar karena
para penumpang akan takjub disuguhi panorama Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru yang sangat indah.
Desa Ranupane
merupakan desa terakhir. Tingginya 2100
m dpl. Di sini berdiri pos untuk pemeriksaan
dan melapor bagi para pendaki yang akan melakukan pendakian. Surat dokter wajib disertakan bila ingin mendapat ijin pendakian. Di
sekitar Danau Ranu Pane terdapat perkampungan
penduduk Suku Tengger. Rata-rata bermata pencaharian sebagai petani
sayur-sayuran. Di sebelah Ranu Pane terdapat 1 ranu ( danau ) lagi yaitu Ranu
Regulo.
Perjalanan ke
Semeru dimulai dari desa Ranu Pane menuju ke Ranu Kumbolo melalui jalan setapak
yang tidak terlalu terjal dengan jarak 13 km. Di Ranu Kumbolo yang
berketinggian 2.400 mdpl para pendaki biasanya mendirikan tenda untuk bermalam.
Sebagai pelepas lelah karena jalur pendakian yang akan dilalui berikutnya
sangat berat. Pemandangan di sekitar
Ranu Kumbola sangatlah indah terlebih pada pagi hari bila dapat bertemu sunrise
dari celah-celah bukit. Di sini pula
para pendaki harus mengambil cukup air untuk perjalanan naik dan turun gunung. Dari
Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati ( 2.700 m) melalui hutan
cemara sejauh 10 Km. Setelah meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian pendaki akan mendaki bukit terjal yang
dikenal dengan tanjakan cinta, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang
ke arah danau. Di depan bukit tanjakan cinta terbentang padang rumput yang luas yang
dinamakan oro-oro ombo. Tinggi rumputnya melebihi tinggi manusia. Oro-oro ombo
dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang
rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus.
Dari Oro-Oro Ombo
perjalanan dilanjutkan menuju Pos Kalimati. Pos di ketinggian
2.400 m dpl ini berupa padang rumput
luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api
unggun. Puluhan tenda dapat pula didirikan. Jika status Semeru meningkat,
pendakian hanya dibatasi sampai Kalimati. Dari Kalimati pendakian dilanjutkan menuju Arcopodo yang merupakan wilayah vegetasi terakhir di Gunung
Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Kondisi tanahnya kurang stabil, terjal, dan
sering terjadi tanah longsor di kawasan ini. Beberapa kali pendaki hilang di area ini. Arcopodo
seringkali pula dijadikan sebagai tempat camp. Namun, hanya beberapa tenda yang
dapat didirikan di sini. Jika malam tiba dan cuaca cerah, pendaki akan disuguhi
jutaan bintang gemerlap yang bertaburan. Subhanalloh indah sekali. Dari
Kalimati, bisa juga dari Arcopodo biasanya para pendaki memulai pendakian
menuju puncak sekitar pukul 2 pagi melalui hutan cemara 1-2 jam dan bukit pasir
selama 2 - 3 jam untuk sampai di puncak Mahameru, dengan jalan yang terjal
menanjak berpasir. Bahkan seringkali para pendaki harus merayap akibat lereng
yang terlalu miring dan berpasir sehingga sangat mudah longsor. Dua tiga
langkah kita mendaki akan merosot hingga menjadi satu langkah. Dibutuhkan
kesabaran ekstra. Dari Arcopodo menuju puncak banyak ditemui batu nisan sebagai
tugu peringatan bagi mereka yang tewas atau hilang di gunung ini. Diantaranya Soe Hok Gie seorang aktivis pemuda yang juga anggota
Mapala Fakultas Sastra Universitas Indonesia tewas di sini pada tanggal 16
Desember 1969. Setelah berhasil mencapai puncak
Mahameru, Gie dan Idhan Lubis sahabatnya terkena gas beracun. Gie
meninggal di puncak Semeru, tetapi semangatnya selalu menjadi inspirasi para
pendaki untuk mengunjungi Semeru. Kisah Gie yang hobi mendaki gunung
disela-sela kesibukan aktivitasnya ini difilmkan dengan judul sesuai namanya
Soe Hoek Gie yang diperankan oleh aktor Nikolas Saputra. Karena satu lain hal, batu
nisan Gie kini telah dipindah.
Setelah berhasil menggapai
puncak Mahameru, tanah tertinggi di Pulau Jawa, para pendaki akan dimanjakan
oleh indahnya panorama. Terlihat puncak-puncak gunung di Jawa Timur, pesisir
dan pantai. Dari puncak Semeru terlihat
kawah Jonggring Saloko. Tiap 10-15 menit sekali kawah ini menyemburkan wedus
gembel berisi batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi
serta tak ketinggalan suara ledakkannya yang dasyat. Suhu di puncak Mahameru
dingin sekali dapat mencapai 0° C bahkan kurang terkadang disertai kabut tebal dan
badai angin. Para pendaki dilarang berlama-lama berada di kawasan puncak karena
dikuatirkan muncul gas beracun dari dalam kawah. Berada di puncak Semeru
pendaki dihadapkan pada ciptaan-Nya yang begitu menakjubkan. Perjalanan yang
melelahkan seolah hilang begitu saja berganti dengan rasa syukur tiada tara
karena dapat menyaksikan kebesaran-Nya.
Tentu kita tidak
ingin jika keindahannya akan mengalami kerusakan oleh tangan-tangan tak
bertanggung jawab yang hanya ingin menikmati keelokannya tanpa peduli dengan
kelestarian lingkungannya. Pada akhirnya manusia juga yang terkena dampaknya. Yang
perlu diingat dan dipraktikkan saat mendaki di manapun adalah jangan tinggalkan
apapun kecuali jejak, jangan ambil
apapun kecuali gambar, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu. Jika mendaki,
jangan lupa membawa turun sampah ya ! SALAM LESTARI !
Alam naj’alil ardho mihaada. Bukankah Kami telah menjadikan bumi
itu sebagai hamparan?
Wal jibaala awtaada. Dan gunung-gunung sebagai pasak ( AN-Naba :
6-7 )
Author : Winda
Damayanti, SMP Islam Al Irsyad. Penulis pernah mengenyam pendidikan
kepencintaalaman di LAREPA SMA Negeri 1 Cilacap dan Blue Hikers Fasa
Universitas Padjadjaran Bandung
0 Response to "Mendaki Gunung Semeru Atapnya Pulau Jawa"
Posting Komentar