Menengok Keindahan Gunung Rinjani





            Berbicara tentang  Gunung Rinjani seakan tiada habisnya karena memang gunung berapi  yang terletak di Pulau Lombok, NTB ini terkenal  memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Bahkan katanya merupakan trek terbaik Internasional mengingat jalurnya yang cukup menantang. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, wisatawan asing, mahasiswa, dan pecinta alam.

            Gunung Rinjani merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Jambi dengan ketinggian 3.726 m dpl ( di atas permukaan laut ) serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT . Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur. Suhu udara rata-rata sekitar 20 °C; terendah 12 °C. Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.

Kali ini penulis berkeinginan untuk berbagi pengalaman saat mendaki gunung ini pada Juli 2006. Tidak begitu sulit bagi kita yang berada di Cilacap untuk menuju kesana. Jika menggunakan bis, diperlukan waktu hampir dua hari perjalanan. Kita dapat menggunakan bus langsung Yogyakarta-Mataram dengan menyeberang menggunakan feri dua kali yaitu di Selat Bali selama 1 jam dan di Selat Lombok selama 4 jam. Hubungan udara terdapat pula dari Jakarta, Surabaya, dan Denpasar langsung ke Bandara Selaparang, Lombok. Dari terminal Sweta Mataram perjalanan dilanjutkan dengan L300 ke Aikmel. Kemudian kami berganti mobil lagi menuju ke Desa Sembalun yang merupakan desa terakhir yang dihuni oleh masyarakat Suku Sasak asli.








Jalur favorit para pendaki adalah melalui Desa Sembalun Lawang. Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, karena bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Krim penahan panas matahari sangat dianjurkan. Kami start dari Desa Sembalun Lawang pukul 5 pagi. Sebelumnya ada 3 pos yang harus dilewati. Perlu diketahui TNGR memiliki keragaman flora antara lain; Jelatang, Dedurenan, Bayur, Beringin, Jambu-jambuan, Keruing, Cemara Gunung, dan beberapa macam anggrek hutan endemik yaitu Perisstylus Rinjaniensis dan P.Lombokensis. Sementara ragam fauna yang dimiliki oleh TNGR adalah antara lain; Musang Rinjani, Rusa, Lutung Budeng , Trenggiling, burung Cikukua Tanduk ,Kepodang Kuduk Hitam dan beberapa jenis reptilia ditambah sejumlah jenis ikan air tawar yang hidup di danau Segara Anak, antara lain; Mujair dan Karper. Saat menuju Pos 1, kami hampir tertabrak sapi yang tiba-tiba muncul dari arah semak-semak. Kami hanya mendengar derap langkahnya saja tanpa tahu darimana arah hewan itu akan muncul. Alhamdulillah, kami sempat menghindar,. Di padang savana ini memang sapi dibiarkan merumput bebas oleh pemiliknya.Wuih,,hampir saja…tapi setelah itu kami tertawa terbahak-bahak. Mungkin kalau tertabrak, lain lagi ceritanya. Perjalananpun kami lanjutkan.

 Sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan yang cukup indah meskipun kami  harus memeras tenaga untuk turun naik gunung kecil ( bukit ), sehingga jalur ini terkenal dengan sebutan Bukit Penyesalan. Sekilas sepertinya tempat yang kami pijak adalah bukit terakhir tapi tidak, karena kami harus mendaki bukit-bukit lainnya. Pukul 4 sore sampailah kami di Plawangan Sembalun yang merupakan tempat camp para pendaki sebelum memuncak keesokan harinya atau turun ke Danau Segara Anak. Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Banyak tenda-tenda didirikan. Di sinipun kita bisa mengasah kemampuan bahasa asing karena banyak pendaki-pendaki manca negara bisa kita temui. Penulispun sempat ber-say hello dengan pendaki asal Selandia Baru. Ada pula pendaki asal Jepang, Korea, AS ( tentu saja ) dan dari negeri Hitler. Setelah mendirikan tenda, memasak, akhirnya kami pun tidur untuk mengumpulkan kembali tenaga yang lumayan terkuras.  Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari untuk mencari momen indah yaitu sunrise.  Perjalanan menuju puncak tergolong lumayan berat karena meniti di bibir kawah. Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dengan susah payah, karena satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Untuk para petualang ini  merupakan tempat yang paling menantang dan disukai karena beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yang indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina dan kesabaran karena kita harus turun naik bukit berkali-kali melewati Bukit Penyesalan tadi. Subhanallah, penulis rasanya tak mampu menuliskan betapa indah, view  di depan mata kami.

             Pukul 10.00 pagi kami sudah kembali ke tenda dari puncak dan bersiap untuk turun ke danau. Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2.000 mdpl. Dari Plawangan Sembalun kita menuruni dinding-dinding terjal dengan ketinggian 2000 mdpl selama hampir 7 jam lamanya. Di tempat ini pula di tahun berikutnya, dua pendaki ditemukan tewas.  Panas matahari sungguhmemang  menyengat, menyisakan dahaga yang tiada tara. Di tengah jalan kami didahului oleh rombongan orang-orang tua baik pria maupun wanita. Mungkin 1 RT saking banyaknya. Rupanya ini tradisi mereka ke pemandian air panas yang ada di dekat danau. Pukul 17.00 sampailah kami di Danau Segara Anak yang berasal dari Bahasa Sasak yang berarti Laut Kecil. Pada kepundan pegunungan (2.800mdpl) terdapat kawah mati akibat letusan gunung Rinjani yang (diperkirakan terjadi pada zaman Plistosen <1,8 juta tahun yang lalu, BTNGR) membentuk sebuah danau yang sangat luas (1.100 ha) dengan pemandangan yang indah. Rasa lelah hilang seketika ketika kita mencapai danau ini. Kedalaman air danau diperkirakan sekitar 160m - 230m. Suhu air danau beragam dari sisi lain ke sisi yang lain. Air danau ada yang berbau belerang yang sangat kuat sehingga mirip seperti moffet yang sangat berbahaya tapi adapula yang berbau seperti air pegunungan. Di tengah danau Segara Anak muncul sebuah gunung baru yang disebut Gunung Baru Jari. Gunung ini dipercaya bertambah tinggi dalam setiap tahunnya. Curah hujan rata - rata di kawasan ini adalah 2.000ml/tahun dengan letak ketinggian dari 550mdpl - 3.726mdpl. Gunung inilah yang hingga kini masih aktif sehingga terkadang pendakian ke Gunung Rinjani ditutup.

Di tepi danau ini banyak tenda-tenda didirikan. Karena ada seekor babi hutan yang bersliweran, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di gardu pos yang kebetulan kosong karena kuatir diseruduk babi hutan. Karena masih sore kami pun memancing sambil menikmati pemandangan di sekeliling kami yaitu G. Baru Jari yang dikelilingi tebing-tebing yang sangat tinggi dan curam. Menurut orang Sasak yang kami jumpai kadang terlihat Rusa di gunung itu. Sayang kami tak mempunyai waktu untuk menjelajahinya. Selesai mancing, kami pun beristirahat. Hidangan malam ini cukup istimewa : 2 ikan bakar besar kiriman rekan-rekan seperjalanan  dari MAPALA Univ. Mataram. Kami saat memancing tak seekor ikanpun kami dapat.

Pukul 09.00 pagi harinya kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Berjalan kami mengitari danau dan menaiki tebing-tebing curam menuju Plawangan Senaru. Biasanya banyak pacet disini tapi karena musim kemarau kami aman darinya. Pukul 17.00 kami sampai di P. Senaru. View di sini lumayan bagus. Di bawah sana hamparan danau & G. Baru Jari, serta di depan kami Puncak Rinjani. Subhanallah. Tak kami sia-siakan keindahan ini untuk mengabadikannya & beristirahat sejenak sambil mengisi perut yang mulai protes.. Terbayar sudah rasanya lelah yang menerpa.

Pukul 19.00 kami melanjutkan perjalanan. Saat itu  belumlah gelap sehingga kami berjalan tanpa senter. Perjalanan turun ini melewati hutan lebat berakar, cukup memeras keringat juga mengingat cadangan stamina kami yang menipis. Belum lagi cerita mistis yang kami dengar dari penduduk yang kami jumpai di danau. Mereka memancing untuk dijual ke pendaki asing. Ada 4 pos yang harus kami lewati. Sebelum Pos 1 ( akhir ), tenaga kami benar-benar habis sehingga kami memutuskan untuk menginap di jalan. Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan. Akhirnya sampailah kami di Pintu Senaru pada pukul 10.00 pagi. Satu-satunya warung yang ada kami serbu karena kami benar-benar kehausan.

Berakhir sudah perjalanan kami di gunung Rinjani.
Keseluruhan perjalanan di gunung kami capai dalam 3 hari 3 malam, atau jika hendak melihat dua objek lain: Gua Susu dan gunung Baru Jari (anak gunung Rinjani dengan kawah baru di tengah danau) perlu tambahan waktu dua hari perjalanan. Selain persiapan fisik dan mental, persiapan logistik juga sangat diperlukan. Sungguh satu perjalanan yang kaya pengalaman.

Mungkin awalnya sebuah obsesi...tetapi setelah aku berkali-kali  menggapai puncak-puncaknya...ini merupakan ungkapan rasa syukur yang berbeda.....

Created by : Winda Damayanti

1 Response to "Menengok Keindahan Gunung Rinjani"

Posting Komentar