Berbicara waktu bagi seorang muslim berarti kita
berbicara tentang umur, yang berarti roda perputaran kehidupan umat manusia. Oleh
karena itu, Allah banyak menyebutkan di dalam Al-Qur’an perihal waktu, mulai
dari waktu subuh, dhuha, siang, sore, dan malam.
- “demi masa”. (QS. Al-‘Ashr: 1).
- “demi fajar”. (QS. Al-Fajr: 1).
- “demi waktu matahari sepenggalahan naik”. (QS. Al-Dhuha: 1).
- “dan siang apabila terang benderang”. (QS. Al-Lail: 2).
- “demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”. (QS. Al-Lail: 1).
Ayat-ayat di atas bermakna sumpah, dimana Allah
bersumpah atas nama makhluk yang telah diciptakannya, yaitu waktu. Hal ini disebutkan
karena memiliki kedudukan yang sangat besar bagi kehidupan muslim. Al-Imam Ibnu
Katsir mengomentari “demi
masa” dalam tafsirnya dengan mengatakan: “adalah
waktu, dimana aktifitas anak Adam dikerjakan di dalamnya, baik ataupun buruk”.
Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin berkata: “demi masa” adalah waktu yang dilalui umat manusia dengan berbagai
perbedaan, antara bahagia dan susah, peperangan dan perdamaian, sehat dan
sakit, amal shalih dan amal keburukan, serta berbagai aktifitas manusia
lainnya”.
Seribu satu macam aktifitas yang dilakukan umat
manusia, sesuai dengan kehendak, keinginan dan kata hati setiap individu “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda” (QS. Al-Lail: 4).
Setiap lomba tentu
pemenangnya itu satu, yaitu mereka yang mampu memanfaatkan waktu diadakannya
lomba tersebut (kehidupan) berdasarkan ketentuan yang telah dibuat oleh Dzat
yang mengadakannya dan menciptakannya.
Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan menerima alasan seseorang yang
telah diakhirkan umurnya hingga enam puluh (60) tahun”. (HR. Bukhari:
6419).
Abdullah Bin Mas’ud (seorang
sahabat mulia) pernah berkata: “Saya tidak pernah menyesal melebihi
penyesalanku atas matahari yang sudah tenggelam dan umurku yang berkurang,
sedang amalku tidak bertambah”.
Umar Bin Abdul ‘Aziz
berkata: “Siang dan malam berputar pada dirimu, lakukanlah sesuatu di
dalamnya”.
Al-Hasan Al-Bashri
mengatakan: “Saya menemui beberapa orang dimana mereka sangat perhatian dengan
waktu, melebihi perhatian mereka terhadap harta dan uangnya”.
Setiap orang ketika ditanya
bagaimana caranya mengisi waktu-waktu kita agar hari ini lebih baik dari hari
esok, tentu jawaban seorang muslim yang arif akan kedudukan dirinya di dunia
dan kedudukan dirinya di sisi Allah akan mengatakan; jalur Al-Qur’an dan jalur
sunnah Rasulullah itulah yang harus dilalui dan dipenuhi waktunya dengan
nilai-nilainya.
Kalau kita perhatikan
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah r secara seksama kita akan dapati sebuah agenda
yang telah dibuat oleh Dzat Pencipta, Maha Pemberi Rahmat kepada sekalian
umat-Nya, agenda tahunan, bulanan, dan harian.
Rasulullah bersabda dari
hadits Anas bin Malik
“Lakukanlah kebaikan pada
tahun kalian, carilah tiupan-tiupan rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah
memiliki tiupan-tiupan rahmat-Nya, Allah akan memberikannya kepada hamba yang dikehendaki-Nya,
mintalah kalian kepada Allah untuk menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan
memberikan rasa aman atas ketakutan-ketakutan kalian”. (Hadits Hasan
riwayat Thabrani {720}, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah {1890}).
Agenda tahunan yang telah ditetapkan
Allah bagi setiap muslim adalah:
“(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena
itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu ...” (QS. Al-Baqarah: 185).
Bulan Ramadhan salah satu
agenda muslim yang telah Allah karuniakan kepadanya, aktifitas-aktifits yang
harus diisi di dalamnya telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, dimana
seorang hamba ketika melakukannya akan tercatat dengan tinta abadi dan dapat
menumbuhkan cahaya bagi pelakunya di dunai dan di akhirat.
Dari Abu Hurairah Bahwa
Rasulullah bersabda: “Jika datang bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka,
pintu-pintu neraka tertutup dan setan-setan terbelenggu.” (HR. Bukari
{1898} dan Muslim {2547}).
Ibarat sebuah hidangan
yang telah tersaji dengan menu-menu yang sangat berkualitas tinggi tentu setiap
orang yang melihatnya sangat berselera dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menyantapnya, tetapi sangat disayangkan banyak diantara muslim yang justru
memilih menu buruk, berbau dan tidak bergizi.
Sangat indah
waktu-waktu muslim di bulan Ramadhan yang selalu dihiasi dengan mawar-mawar
indah semerbak mewangi, indah dipandang, menghilangkan
aroma-aroma buruk, menutupi pemandangan-pemandangan jelek, aktifitas-aktifitas
yang mendatangkan sebuah keindahan dan kepribadian yang kokoh dengan rahmat dan
lindungan Allah.
Dari Abu Hurairah t berkata Bahwa Rasulullah bersabda Allah berfirman:
“Setiap amalan anak adam itu untuknya kecuali puasa, ia untuk-Ku, Aku yang
membalasnya. Puasa itu perisai, jika salah seorang diantara kalian berpuasa
jangan berbuat buruk dan berkata-kata kotor, jika ada yang mencelahnya
katakanlah aku berpuasa. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari minyak kasturi. Orang yang
berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, bahagia ketika berbuka dan bahagia
ketika bertemu dengan Tuhannya, itu karena puasanya.” (HR. Bukhari {1904}
dan Muslim {2762}).
Bangun malam untuk menikmati
hidangan sahur yang penuh dengan keberkahan, shalat subuh berjamaah yang dapat
mendatangkan cahaya di akhirat, meninggalkan makan, minum, perbuatan dan
perkataan kotor, akhlak tercela, shalat-shalat yang didirikan dimasjid,
lisan-lisan yang dibasahi dengan dzikir dan bacaan-bacaan Al-Qur’an, hidangan
berbuka dengan butir-butir kurma pendatang keberkahan, shalat malam sebagai
penutup aktifitas, ini semua adalah aktifitas yang dicatat dengan tinta-tinta
suci melahirkan hati-hati yang suci, perbuatan-perbuatan yang shalih dan
ucapan-ucapan indah didengar.
Ibarat roda mobil yang
penting berputar tidak memperhatikan agenda servic yang penting berpuasa, dalam
artian tidak makan, tidak minum, tetapi keindahan dan kerapian tidak
diperhatikan, perbuatannya masih dipenuhi dengan kemaksiatan, ucapan-ucapannya
kerap kali menyakitkan hati, bahkan shalatpun ditinggalkan, sebuah kerugian
tiada tara.
Dari Abu Hurairah berkata
Bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan
perbuatan bohong (maksiat) maka Allah tidak memerlukan lagi puasanya (upaya dia
meninggalkan makan dan minum).” (HR. Bukhari {1903}).
Author : Nizar Saad Jabal.Lc.M.pd
0 Response to "Optimalisasi Waktu Seorang Muslim"
Posting Komentar