“Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur
(dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit
kembali pada hari kiamat,” (HR. al Bukhari). Hadits tersebut disampaikan Rasulullah Saw berabad-abad yang lalu, sebelum ilmu
pengetahuan mampu menegaskan kebenaran ilmiahnya.
Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan
kebenaran hadits tersebut.
Tulang
Ekor yang Awet
Dr.Othman al-Djilani, seorang profesor histologi dan pathologi dari Universitas Sana’a, melakukan penelitian bersama
Syaikh Abdul Majid pada bulan Ramadhan 1423 H. Mereka
berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama 10 menit. Tulang pun
berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian keduanya
membawa tulang itu ke laboratorium al-Olaki,
Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti, ditemukanlah bahwa sel-sel
pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh, bahkan
dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.
Tulang
Ekor Pusat Sel dan Jaringan
Han Spemann, dalam
penelitiannya membuktikan bahwa asal
mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam
penelitiannya ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu
mengimplantasikan ke dalam embrio pengorganisir pertama. Pada saat sperma membuahi sel telur, pembentukan janin
dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan
terus berkembang biak. terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang
memiliki dua lapisan.
Lapisan
pertama, External
Epiblast, terdiri dari cytotrophoblasts, yang berfungsi mensuplai
makanan embrio pada dinding uterus, menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan
kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan
kedua, Internal Hypoblast,
telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan
sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang
disebut primitive node (gumpalan sederhana) yang akan menjadi tulang ekor.
Dari sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm
(membentuk kulit dan saraf pusat), mesoderm (membentuk otot halus sistem
pencernaan, otot skeletal,sistem urin dan kulit luar) dan endoderm (membentuk
sistem pencernaan (seperti hati dan pankreas), kandung kemih, kelenjar gondok, dan saluran
pendengaran terbentuk.
Pada penelitian lain, Han menumbuk tulang ekor dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam
waktu yang lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan
tulang itu pada janin yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang
ekor itu tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ
tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak
‘hancur’.
Berdasarkan disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia
Tenggara, tulang ekor berfungsi sebagai memori yang merekam
semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Putih atau
hitamnya dipengaruhi oleh perbuatannya. Semakin banyak kebaikan seseorang maka semakin bersih,
dan semakin banyak keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya.
Sebagaimana diajarkan Agama, balasan pada hari kiamat kelak tidak
akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta,
dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya,
ini semua sudah disabdakan oleh Nabi Saw
berpuluh abad yang lalu.
0 Response to "Keajaiban Tulang Ekor"
Posting Komentar