Hampir-hampir tidak ada orang tua yang tidak pernah
mengalami masalah demam (panas di atas normal) pada buah hatinya. Sementara penanganan
terhadap kasus semacam ini juga berragam, bergantung pengalaman, nasihat dokter
atau orang terdekat, dan tidak jarang dijumpai nasihat yang saling bertentangan.
Namun yang pasti orang tua selalu cemas dan bertanya-tanya mengapa terjadi hal
tersebut. Apalagi bila anak menjadi rewel dan menolak untuk makan atau minum.
Anak dikatakan
mengalami demam jika suhu tubuh mencapai 380 C atau lebih. Sebenarnya demam atau panas tubuh bukan merupakan
penyakit, tetapi hanyalah tanda atau gejala saja dari suatu kondisi tubuh yang
tidak normal. Demam merupakan alarm
yang mengisyaratkan bahwa tubuh mengalami infeksi. Demam muncul sebagai reaksi
otomatis tubuh untuk melawan berbagai
mikroorganisme (baca virus, bakteri) yang masuk ke dalam tubuh. Diantara
tanda-tanda anak yang mengalami demam antara lain: tubuhnya menggigil,
gemetar, berkeringat banyak, mengeluh
pusing atau sakit kepala.
Menurut
Sherwood (2011) dalam tinjauan ilmu fisiologi, demam terjadi karena
adanya pengaruh pirogen endogen (makrofag tubuh) dan memicu “penyalaan”
termostat (panas tubuh) di hipotalmus. Dari sinilah kemudian tangan seseorang
akan merasakan panas ketika menyentuh tubuh anak yang sedang demam.
Tidak semua
demam pada anak perlu diobati, karena ini sejalan dengan proses mekanisme tubuh
dalam melawan infeksi (baca agen penyerang tubuh). Tetapi memang, pada beberapa
kasus anak yang yang mengalami demam diperlukan penanganan lanjutan oleh dokter
dan perlu hospitalisasi (rawat inap) akibat penurunan kondisi anak.
Misalnya, anak yang demam disertai
kejang, penurunan kesadaran dan kekurangan cairan tubuh, demam yang mengarah
pada diagnosa penyakit tertentu, misalnya demam berdarah, meningitis, atau infeksi
saluran kencing. Tentu untuk menentukan diagnose penyakit yang sebenarnya dari
suatu gejala demam diperlukan serangkaian pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Bagaimana apabila
demam terjadi pada anak secara mendadak dan harus dibawa ke rumah sakit,
sementara rumah sakit atau layanan kesehatan jaraknya jauh dari tempat tinggal?
Untuk itu orang tua dituntut memiliki kemampuan dasar dalam memberikan
perawatan ketika anak mengalami demam. Kemampuan orang
tua tersebut berdasarkan teori OREM (Tomey dan Aligood, 2011) merupakan bagian
dari kemampuan self care (perawatan diri), sehingga ketika ada yang
sakit minimal dapat ditolong oleh dirinya sendiri/keluarga.
Pemilihan
tindakan yang cocok dan rasional menjadi kunci ketercapaian self care
ini. Misalnya pada anak yang demam dengan kondisi tidak ada yang
mengkhawatirkan, seperti tidak memiliki riwayat demam akibat penyakit tertentu
maka sebaiknya dilakukan tindakan self care.
Menghadapi anak
demam, harus tenang, tidak cemas dan apalagi
panic. Ini kunci utama penanganan. Selanjutnya ada beberapa tindakan yang
dapat dilakukan oleh orang tua, antara
lain :
TINDAKAN
KOMPRES
Tindakan yang
bertujuan menurunkan gejala demam ini mudah dilakukan dan efektif, asal
dilakukan dengan benar. Kompres sebaiknya
menggunakan air hangat. Hindari air es atau alkohol sebagai cairan kompres.
Pemberian alkohol bahkan bisa memberi efek iritasi (luka) terhadap kulit. Penempatan
kompres di tubuh sebaiknya memilih tempat yang ada hubungannya dengan pembuluh
darah (limfe), agar mempercepat penurunan suhu tubuh, seperti daerah ketiak,
selangkangan, dan dahi.
PEMBERIAN
ASUPAN CAIRAN
Pemberian asupan cairan yang cukup seperti minum air putih, teh manis
dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan pada anak (dehidrasi).
HINDARI
PENGGUNAAN SELIMUT TEBAL
Selimut tebal atau pakaian tebal tidak disarankan penggunaannya sewaktu
anak mengalami demam. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya pengeluaran panas
dari tubuh. Sebaliknya, anak sebaiknya diberi kaos yang tipis.
PASTIKAN
ANAK CUKUP BERISTIRAHAT
Anak perlu diberi pemahaman
tentang pentingnya mengurangi bermain dan perlunya banyak istirahat dalam
keadaan demam. Istirahat dalam hal ini tidak selalu bermakna banyak tidur.
PEMBERIAN
OBAT PENURUN PANAS
Obat penurunan panas dapat diberikan jika
kondisi anak mengalami penurunan. Tetapi jika kondisi anak masih baik (masih
mau makan dan minum), maka pilihan tidak menggunakan obat merupakan pilihan
bijak. Bila harus menggunakan obat
penurunan panas pun disertai dengan pertimbangan efek samping yang minimal dan
rasional. Para ahli kesehatan lebih menyarankan penggunaan penurun panas yang
mengandung paracetamol dibanding ibuprofen, karena meski bekerja lebih cepat,
ibuprofen sering berefek negatif terhadap pencernaan. Kecermatan dan
pertimbangan orang tua dalam memilih obat bagi anak demam sangat
dibutuhkan.
Semoga
penjelasan tentang demam dan cara mengatasinya ini dapat memberi informasi
dasar kepada orang tua agar bisa bertindak rasional dan tidak cemas,, sehingga
kemampuan self care orang tua semakin meningkat dalam menolong dan
merawat anggota keluarganya yang sakit.
Created by
Ners Sodikin, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep. MB
Image by google.com
0 Response to "Anak Saya Demam, Kenapa ??"
Posting Komentar